Saat aku menusukkan duri lebih tajam ke jantung hatiku, inilah yang kutuliskan untukmu
Aku sering menyangkal kehendakNya dengan memungkiri perasaanku padamu teman,
karena kita diciptakan terlalu mirip,
entah apakah ini guyonan miris untuk kita dariNya atau anugrah yang harus disyukuri.
Yang pasti aku bersyukur atas guyonanNya ini yang membuat kita saling cocok dan terus bersama sampai saat ini.
Namun sesal lebih sering datang akhir-akhir ini dengan tajamnya sering menikam.
Entah apa namun kau membuat tembok tebal yang sulit kutembus.
Atau hanyalah buah pengharapanku yang semu atas dirimu saja?
Hanya kau yang bisa menjawab pertanyaan yang telah menjadi tanya disetiap waktu yang telah kita jalani sejak pertama kali pertemuan itu.
Aku tak mampu lagi mengingkarinya teman.
Aku mencintaimu, dan itu benar.
Selama ini aku selalu memungkirinya dengan menganggapnya hanya rasa sayangku pada seorang teman, adik yang selalu kujaga.
Namun sekarang, aku mulai tak sanggup karena kutub tang saling menolak karena kesamaan itu telah bergeser.
Kau mampu merubahku, menjadi seseorang yang berbeda.
Bahkan mampu membuatku menunggu dan berharap.
Aku bukan makhluk yang bisa berharap, aku makhluk realistis, sampai saat kau merubahku dan membuat segalanya menjadi mungkin bagiku.
Aku mohon jangan menjauh dariku, karena aku tak sanggup merelakanmu.
Aku sanggup untuk tetap menjadi temanmu yang sama separti sebelumnya.
Yang berdiri di belakangmu dan tetap ada untuk membuatmu tetap maju dan berdiri tegak saat kau terjatuh ke lubang yang dalam sekalipun.
Aku akan menarikmu ke atas sebagai teman, bahkan kugantikan masuk untuk membawamu keluar dari lubang itu.
Tapi jangan pernah menjauh dariku.
Semoga Tuhan menjadikan rencanaNya sempurna tanpa memisahkan kita sebagai teman, karena Ia tak kan pantas menjadi Tuhan bagiku andai Ia menjauhkanmu dariku.
No comments: